“Walah, cuma Rp.20.000,-. Keterlaluan!! Setelah memberikan coaching kepada GM dan menjelaskan berpanjang lebar, dapatnya segini?” keluh saya kepada Pak Andi, teman 1 tim saya. Fuih….. saya menarik nafas dalam-dalam. Mencoba bersabar dan bersyukur. Setidaknya saya tidak perlu berpanas-panas, bisa duduk di ruangan ber-AC, dikasih minum, dan bisa mengajar (pekerjaan favorit saya). Maka saya tetap bersyukur.
Jujur saya panik, tapi saya tetap mencoba tenang. Tetap sungguh-sungguh berterima kasih, lalu mau mulai usaha lagi. Namun waktu sudah tinggal sedikit, sudah hampir habis. Kami sudah harus masuk ke kelas.
Syukurlah kami diberikan perpanjangan waktu untuk mencari uang. Kami bisa memanfaatkan jam makan siang untuk mencari uang. Maka saya dan tim makan secepat-cepatnya, lalu kami langsung pergi ke luar mencari uang.
Apapun akan kami jadikan uang. Bahkan botol kosongpun akan kami jadikan uang. Kami tidak perduli. Kami harus mencapai target, kami harus bisa makan malam dengan layak. Kami tidak punya modal sama sekali, tidak ada kartu pengenal, tidak ada kenalan, tidak ada apa-apa. Murni, hanya kami dan otak kami. Kami harus mencapai target.
Teman saya  Ibu Li Hoh memanggil, “Pak Ronald, di restoran ada sekelompok orang. Bagaimana kalau Pak Ronald memberikan motivasi kepada mereka?” Saya langsung setuju!!
Bu Li Hoh sama sekali tidak pintar ngomong, tapi dia memaksakan diri untuk ngomong dan membuka jalan. Dia mengatasi ketakutannya. Dia hebat! Beliau memperkenalkan diri kepada grup, lalu mempersilahkan saya untuk memberikan motivasi.
Saya senang sekali. Ternyata grup ini adalah kumpulan sales dari BI Finance. Saya langsung tancap gas, mengajarkan bagaimana cara menjual dengan emosi. Walhasil mereka semua senang dapat seminar dadakan. Gak lama kemudian, bagaikan pengamen di tepi jalan kami membagikan topi untuk diisi dengan uang sumbangan sukarela. Uang terisi dengan sangat cepat dan sangat banyak.
Baru kali ini motivator pakai cara pengamen!!!
Kami masuk ke kelas dengan senang hati. Lebih senang lagi karena kami grup satu-satunya yang mencapai target. Tidak ada group lain yang mencapai target.
Tidak lama kemudian instruktur seminar datang. Kami ditanya, “Apa saja usaha anda untuk mengumpulkan uang?” Grup lain menjawab, “Kami mijitin orang, pak.” Sebagian menjawab, “Saya nyapu halaman sekolah, pak.” Yang lain berkata, “Saya nyuci piring, pak.”
Semua jawaban disambut dengan senyuman manis oleh instruktur kami. Lalu beliau berkata, “Anda semua tau berapa target yang harus dikumpulkan dan sampai kapan deadlinenya. Namun apa yang anda lakukan? Anda ngamen, cuci piring, nyapu halaman!!! Apa pekerjaan sebagai pengamen, tukang cuci piring dan tukang sapu halaman bisa ngumpulin duit banyak dalam waktu singkat?
Lihatlah grup ini (menunjuk ke grup kami). Mereka tau untuk dapat uang banyak dalam waktu singkat, diperlukan pekerjaan yang berbeda. Mereka mengajar. Mereka tau motivator itu bayarannya mahal. Bila anda punya mimpi besar, coba sesuaikan dengan usaha anda. Bila mimpi anda raksasa, namun usaha anda kecil, apa mungkin bisa tercapai? Kalau mimpi anda raksasa, usaha anda juga mesti raksasa. Yang realistis!!” Begitu lanjut beliau.
Damn! Kata-katanya nusuk banget, tapi bener banget!!
Bagi anda yang sudah punya goal utama, sudahkah anda punya DEADLINE? Tanpa deadline, percuma saja. Anda akan terus menunda.
Bagi anda yang belum punya goal, bertobatlah. Hehehehhe. Buat goal yang jelas. Arah yang jelas. Bila anda tidak punya goal yang jelas, hidup anda akan seperti layang-layang putus. Anda akan mendarat di tempat yang anda tidak suka.
Setuju?
Anda boleh menggunakan artikel ini di newsletter, website atau publikasi, dengan syarat tetap melampirkan kalimat lengkap di bawah dengan link aktif ke website:
Copyright, Hendrik Ronald. Digunakan dengan izin. Hendrik Ronald adalah Trainer dan Coach Service Excellence. Untuk mendapatkan pelatihan dan artikel lainnya, silakan kunjungi www.HendrikRonald.com