Semalam saya senang sekali melihat hasil ujian Cloud. Nilai matematika dapat 100. Dia memang sangat suka dengan matematika. Nilai Mandarin dapat 92. Wauw!! Padahal sehari-hari gak pernah pakai bahasa Mandarin di rumah. Memang sebelum ujian, saya dan Cloud belajar bersama. Sehingga nilai ujian Mandarinnya bisa langsung bagus.
Namun saat tadi jemput rapor, saya kaget karena rapor Mandarin dia hasilnya ‘C’. Untuk listening, reading, speaking, semuanya dapat C. Cuma writing (kalau ga salah) yang hasilnya B. Hati saya langsung protes, hasil ujiannya kan dapat 92. Harusnya dapat A. Kenapa di rapor cuma C yah?
Saya terpikir, sepertinya metode yang dipakai oleh sang guru bagus juga. Dia bukan hanya menilai hasil ujian, tapi hasil sehari-hari dari awal semester. Fuih… fair enough!
Mari kita tinggalkan rapor Cloud dan menuju ke kantor saya. Saya sering melakukan interview untuk seleksi karyawan. Salah satu pertanyaan favorit saya adalah, “Apa bagusnya kamu? Kenapa saya harus hire kamu?”
Nampaknya sepertinya orang Indonesia itu sering kali lebih fokus ke hal yang gak bagus. Sehingga saya sering mendapat jawaban ajaib, “Kalau bagusnya saya yah cuma orang lain dan Tuhan yang tau, pak. Saya sendiri ya tidak bisa menilai.”
Saya bisa geli sendiri dapat jawaban seperti ini. Kalau dia ga mau kasih tau sisi bagusnya, gimana saya bisa tau? Gimana saya mau hire dia? Masa sih saya mesti doa dan dapat jawaban dari Tuhan dulu?
Ha, ternyata rumus besarnya pendapatan itu persis seperti rapor Cloud! Ternyata besar pendapatan kita sama dengan besarnya manfaat yang kita berikan ke orang lain. Bukan hanya manfaat yang terakhir kali kita berikan saat “ujian”, namun secara terus-menerus.
Kalau anda karyawan, semakin bermanfaat anda untuk perusahaan, semakin besar gaji anda. Tentu saja manfaat terus-menerus, bukan cuma manfaat saat dilihat bos (ujian) saja.
Namun ada satu hal yang penting, manfaat yang anda berikan tentu saja harus diketahui orang yang tepat. Kalau misalnya anda sudah memberikan manfaat luar biasa, tapi hanya anda dan Tuhan yang tau, ya jelas susah naik gaji. Kalau naik ke Surga, bisa!
James Gwee mengatakannya dengan sangat bagus, “Bukan apa yang anda tau, yang penting. Bukan siapa yang anda tau, yang penting. Namun siapa yang tau apa yang anda tau, itu yang paling penting”.
Jadi, semakin besar manfaat anda untuk orang lain, semakin besar pendapatan anda. Semakin sering dan semakin banyak orang lain menerima manfaat anda, semakin besar pendapatan anda.
Tolong ingat satu hal yah, yang menentukan manfaat itu adalah orang lain. Kita sering kali mau memberi untuk orang lain, tapi yang kita berikan hanya yang gampang di kita, bukan yang bermanfaat untuk orang lain.
Jadi gimana caranya menang Pilkada? Berikan banyak manfaat bagi rakyat. Bukan hanya bagi-bagi kaos yang ‘enak’ di calonnya (untuk branding). Namun lakukanlah hal yang sungguh bermanfaat untuk orang banyak. Makin banyak rakyat dimakmurkan, makin banyak yang mendukung.
Anda setuju?
Jadi artikel ini sebenarnya tentang nilai rapor, pendapatan atau pilkada sih? Hehehehehe.
Salam Dahsyat!
Anda boleh menggunakan artikel ini di newsletter, website atau publikasi, dengan syarat tetap melampirkan kalimat lengkap di bawah dengan link aktif ke website:
Copyright, Hendrik Ronald. Digunakan dengan izin. Hendrik Ronald adalah Trainer dan Coach Service Excellence. Untuk mendapatkan pelatihan dan artikel lainnya, silakan kunjungi www.HendrikRonald.com