Mandi Di Airport, Kebetulan?
Aaaaah, pagi itu seru banget! Jam 5 pagi waktu Sydney alarm berbunyi. Itu jam 2 pagi Waktu Indonesia Barat. Saya langsung teriak bangunin teman sekamar saya, Pak Gusti. Setelah dia bangun dan jalan ke kamar mandi, saya tidur lagi. Hehhehehe. Karena giliran mandi saya memang setelah beliau.
Hari itu kami mau balik ke Indonesia setelah ikut seminar Anthony Robbins, pelatih Sukses No. 1 Dunia. Btw, seminar beliau gak bagus. Sungguh gak pantas dibilang bagus. Pantasnya dibilang FANTASTIC!!! Kalau skala 1 sampai 10, seminarnya dapat score 200 deh! 😉
Rencananya jam 5.30, kami akan berjalan dengan penuh semangat menuju ke stasiun kereta api. Tapi boro-boro tepat waktu, jam 6.15 kami baru sampai ke lobby hotel. Telat 45 menit! Padahal kami harus jalan dulu ke stasiun sambil nyeret-nyeret koper. Mending kalau stasiunnya dekat. Jalan kaki ke stasiun itu sepertinya lebih dari setengah kilometer. Belum lagi membayangkan kami harus ganti kereta 2 kali. Naik-turun stasiun sambil nyeret koper yang beratnya kebangetan! Fitness pagi-pagi, padahal tidur cuma 2,5 jam. Ini bakal seru banget!
Namun rencana ternyata bertambah seru, karena hari itu…… pagi itu…… Turun HUJAN!! Kami gak punya payung. Jalan menembus hujan di pagi hari bukan ide yang bagus sama sekali. Masa sih kami harus kuyup sambil nyeret-nyeret koper? Apalagi perjalanan masih panjang.
Kami bingung, naik taxi di Sydney nggak murah. Setelah saya pelajari, ternyata hidup di Sydney lebih mahal daripada New York, Paris dan bahkan London sekalipun! Kota nomor dua termahal di dunia. Saya masih ingat, hari sebelumnya kami naik taxi 10 menit, kena kurang lebih Rp.180.000,-!!
Kami bingung, dilema antara bayar taxi atau pasti ketinggalan pesawat. Pilihannya antara yang gak enak dan gak enak banget. Namun tiba-tiba muncul 2 orang ibu-ibu yang juga nunggu taxi. Mereka dengan nekadnya pesan taxi langsung ke airport. Kami terkagum-kagum. Ini ibu-ibu entah gak tau tarif taxi di Sydney atau sudah ikhlas banget! Karena taxi ke airport bisa makan waktu 1 jam! Namun oits… teman saya langsung berbisik, “P. Ronald, kalau kita share dengan mereka, jadi jauh lebih murah lho!”
Benar juga, kalau biaya taxi dibagi 4 orang, perhitungannya masih masuk akal! Namun satu hal yang saya cemaskan. 4 orang dengan 4 koper gede gak bakal bisa masuk ke dalam 1 taxi. Namun yang terjadi adalah, sebuah taxi extra panjang datang. Bagasinya gede banget!! Bisa masuk 4 koper + 1 kompor + 1 kulkas, hehhehehe.
Maka kami langsung berbagi taxi. Pagi itu kami bisa santai. Kami bisa tidur di taxi. Kami tidak usah kehujanan. Kami tidak usah 3 kali ganti kereta. Kami tidak usah menyeret koper naik-turun stasiun. Apa ini semua kebetulan?
Saat hidup terasa sengsara, ‘victory is near’. Apa saya mau putus asa dan mengumpat, atau terus bersyukur walaupun sepertinya tidak ada yang bisa disyukuri?
Saat tidak ada yang bisa dijadikan pegangan, saat mata tidak bisa melihat, saat telinga tidak bisa mendengar, saat hati tidak bisa merasa, saat otak tidak bisa berpikir, ada satu pegangan. Iman!
Airport Sydney itu memang jauh. Beneran, kami naik taxi selama 1 jam!! Argonya hampir 800 ribu rupiah!! Untung aja biayanya dibagi empat.
Kami sampai agak telat. Proses check in ternyata lama, karena saya check in langsung Sydney – Denpasar – Jakarta – Pekanbaru. Lalu kami buru-buru menuju ke imigrasi. Shock, kaget, khawatir melihat antrian imigrasi yang ajubile panjangnya. Ngantri imigrasi doank bisa bikin telat. Padahal kami belum sempat sarapan pagi.
Namun, ternyata ada penyelamat. Sebagai penumpang business class, kami diberikan jalur khusus. Sehingga waktu tunggu imigrasi yang harusnya bisa makan waktu 45 menit atau 1 jam, jadi cuma 2 menit! Apa itu kebetulan?
Kami bersyukur juga, sarapan untuk Business Class sudah disediakan melimpah ruah di Executive Lounge. Kami punya komitmen bahwa selama 10 hari akan makan makanan extra sehat. Yang isinya 75% air, sehingga bisa membersihkan tubuh.
Itu nggak gampang. Karena makanan yang ada biasanya penuh minyak dan gorengan. Namun sarapan di lounge hari itu entah kenapa penuh buah segar di mana-mana: muesli, yogurt, cereal, juice, apel segar ada beberapa keranjang (beneran), pisang segar berlimpah, dan banyak lagi. Wauw. Kebetulankah ini?
Ah, saat duduk di pesawat, saya langsung hidupin TV. Mencari-cari film yang bagus dan menyenangkan. Namun ada film yang sangat menarik. Judulnya “Cirque Du Soleil: Worlds Aways.” Aaaaaaah, baru kemaren saya ngobrolin tentang sirkus legendaris ini bersama Mr. Yoris Sebastian dari OMG Consultant. Saya penasaran banget seperti apa sih sirkus terbaik di dunia yang selalu fully booked itu? Sirkus yang sampai jadi contoh di Blue Ocean Strategy.
Jantung saya berdebar menontonnya. Dari duduk relax, sampai duduk bengong, sampai duduk condong ke depan, sampai merinding, sampai akhirnya teriak dan tepuk tangan (pelan-pelan) di pesawat. Atraksinya memang luar biasa. Saya sudah pernah melihat aneka sirkus. Termasuk sirkus di Guilin (China) yang luar biasa, yang pantas dipertunjukkan untuk presiden dan ambasador.
Namun Cirque Du Soleil berada di level yang sama sekali berbeda. Saat saya mau belajar tentang sirkus itu, dia hadir di depan mata. Sekali lagi apa ini kebetulan?
Sore hari, saat sampai di Cengkareng, entah kenapa saya mengantarkan teman saya, Mr. Gusti mengambil kopernya. Saya mah bisa tenang karena koper saya langsung dikirimkan ke Pekanbaru. Namun sekilas dari ujung mata terlihat ada koper saya lalu muter-muter bersama koper-koper lain! WAKS, ngapain itu koper saya itu setia amat sama teman-temannya? Dia kan harusnya turun di Pekanbaru, bukan di Cengkareng!
Untung saja saya ikut mengantarkan teman saya untuk mengambil koper. Kalau enggak, kan lucu banget ketinggalan koper. Gak tau kopernya ketinggalan di mana. Entah di Sydney, Denpasar atau Cengkareng.
Perjalanan belum berakhir, namun badan saya mulai basah. Keringat mengalir deras. Maka saya mengambil baju + singlet dari ransel dan mandi di executive lounge. Syukurlah, ada kamar mandi di sana saat saya membutuhkannya. Namun, saya gak bawa ‘CD’ extra. Baru kali itu saya mencoba yang namanya teknik ‘Side A – Side B’. Sensasinya beda, bo!!
Hah….. Saya mulai bangun jam 02.00 pagi WIB dan perjalanan saya berakhir sekitar jam 21.00 WIB. Perjalanan panjang yang berlangsung selama 19 jam. Saat saya butuh energi dan kekuatan, kebetulan-kebetulan itu datang terus-menerus.
Apa ini semua kebetulan?
Saya percaya kebetulan itu namanya Tuhan. Saat hidup tampak penuh awan hujan dan kesusahan, itu karena Tuhan telah mempersiapkan hal yang jauh lebih baik untuk umatnya. Saat awan hujan itu muncul, apakah anda mengeluh dan mengumpat… atau memilih untuk percaya dan bersyukur?
Ayo refleksi diri. Mana yang lebih sering anda lakukan?
Salam Dahsyat!!
Anda boleh menggunakan artikel ini di newsletter, website atau publikasi, dengan syarat tetap melampirkan kalimat lengkap di bawah dengan link aktif ke website:
Copyright, Hendrik Ronald. Digunakan dengan izin. Hendrik Ronald adalah Trainer dan Coach Service Excellence. Untuk mendapatkan pelatihan dan artikel lainnya, silakan kunjungi www.HendrikRonald.com