Pengalaman Bukanlah Guru Yang Terbaik
Pengalaman itu bukan guru yang terbaik! Kalau saja pengalaman itu guru terbaik, maka tentu saja tidak ada napi yang bolak-balik masuk ke penjara. Pada kenyataannya, banyak napi yang senang saat bisa masuk ke sel lamanya.
Bayangkan, 9 dari 10 napi yang masuk sel itu, sudah pernah masuk ke penjara sebelumnya! Hampir 1 dari 3 napi, bahkan sudah punya rekor 15 kejahatan sebelumnya. Itu data di Inggris & Wales tahun 2011.
Pengalaman itu bukan guru yang terbaik. Di rumah tangga, salah satu penyebab utama ‘pertempuran’ adalah karena salah nada. Suaminya pakai nada tinggi, istrinya membalas dengan nada lebih tinggi. Padahal suami istri itu sudah pengalaman. Sudah tau bahwa nada tinggi itu bikin berantem. Namun tetap saja itu terjadi lagi, lagi dan lagi. Ya kan?
Pengalaman itu bukan guru yang terbaik. Di perusahaan juga seperti itu. Semua pengusaha tau harus memberikan pelayanan terbaik. Sampai-sampai “Memberikan Pelayanan Terbaik” adalah kandidat tetap di visi misi.
Namun, tetap aja banyak karyawan yang berantem sama customer. Jangankan karyawan, sang manager aja bisa ikut berantem sama customer karena hal sepele. Siklus ini terjadi lagi, lagi dan lagi! Ya kan?
Jadi apakah pengalaman itu berguna? Kenapa pengalaman sering dianggap sebagai guru yang terbaik? Pengalaman itu sebenarnya guru yang baik. Pengalaman sendiri itu baik, pengalaman orang lain juga baik!
Namun yang terbaik adalah merenungkan pengalaman itu! Hanya  setelah direnungkan dan SADAR, barulah kita berubah.
Nah, makanya kalau ada perusahaan yang ngomong, “Dari dulu kita melakukannya seperti ini.” Bisa jadi dari dulu ternyata perusahaan itu sudah nggak optimal! Karena memang itulah definisi budaya!
Pakar budaya corporate Edgar Schein mendefinisikan budaya sebagai, “Cara bekerja sama untuk mencapai satu hasil. Cara ini telah dilakukan begitu sering dan berhasil, sehingga orang tidak lagi berpikir untuk mengerjakannya dengan cara yang lain. Bila culture sudah terbentuk, maka orang akan secara otomatis melakukan apa yang mereka perlukan untuk menjadi sukses.“
Kalau begini, kita mengerti bahwa setiap perusahaan pasti punya budaya. Setiap rumah dan setiap organisasi pasti punya budaya. Setiap sekolah, kantor, perkumpulan gosip, dll, semua punya budaya!
Pertanyaannya, apakah budaya anda sudah tepat? Karena bila budaya sudah terbentuk, semua akan berjalan secara otomatis. Inilah yang kita sebut dengan, “Sudah berpengalaman!“
Hahaha, pengalaman bukan guru yang terbaik. Perenunganlah guru yang terbaik. Jadi bagaimana budaya anda setelah membaca artikel singkat saya? Dicuekin aja? Mungkin anda ngomong “Bagus lho artikelnya”, lalu 5 detik kemudian beralih ke hal lain.
… atau mungkin anda punya budaya merenungkan artikel. Lalu… BERUBAH?
Mana yang akan anda lakukan?
Salam Dahsyat!
Anda boleh menggunakan artikel ini di newsletter, website atau publikasi, dengan syarat tetap melampirkan kalimat lengkap di bawah dengan link aktif ke website:
Copyright, Hendrik Ronald. Digunakan dengan izin. Hendrik Ronald adalah Trainer dan Coach Service Excellence. Untuk mendapatkan pelatihan dan artikel lainnya, silakan kunjungi www.HendrikRonald.com