Alamat Pecah Gelas Nih – Lagi-lagi Salah Arti!
Pagi ini memang unik!
Gak biasanya mobil pagi ini penuh. Ada tambahan opa dan oma yang ikut mengantarkan anak saya ke sekolah. Istri saya juga hari ini tampil cantik dan pede. Dengan baju tank top hitam dan rok bunga-bunga turun mengantarkan anak-anak masuk ke gerbang sekolah.
Namun tidak perlu lama, PD sang istri langsung serasa menghadapi Midnight Sale. Kena diskon besar-besaran. Dia berjalan memutar menghindari seseorang. Ternyata orang itu adalah teman akrab dia sendiri, yang kebetulan pakai baju persis sama. Mereka berdua sontak nyengir dan langsung spontan saling menjauh, hihihi.
Mungkin begitu kali yah, ibu-ibu itu. Kalau bajunya sama langsung gak enak feeling. Siang ini saya ngomong ke istri, “Kamu itu salah kasih arti. Kamu mengartikan baju sama sebagai hal yang bikin gak enak. Padahal kalau kamu kasih arti ‘KOMPAK’, pasti happy. Bahkan kalau perlu besok-besok bisa janjian pakai baju yang sama.”
Coba deh perhatikan, mood kita sebenarnya sangat bergantung pada cara kita mengartikan kejadian. Salah mengartikan = salah emosi. Sebenarnya semua trauma, sakit hati, kekesalan, dendam kesumat bisa terjadi hanya karena salah kasih arti.
Bahkan kalau seseorang sembuh dari kebencian / trauma, pasti karena arti yang diberikan pada kejadian itu sudah berubah. Saat arti yang kita berikan berubah, maka emosi kita berubah.
Ilmu ini begitu pentingnya, maka saya menulis tentang ini berkali-kali. Kemampuan kita memberi arti di setiap kejadian akan membebaskan kita atau malah memenjarakan kita.
Beberapa waktu yang lalu saya baca di koran. Ada pimpinan geng cewe yang membunuh anggotanya. Bukan cuma dibunuh biasa. Namun dibunuh dengan sangat keji. Dipermalukan dan disiksa. Sampai saya nggak sanggup menuliskan apa yang dilakukan pimpinan geng itu di sini.
Kenapa pimpinan geng itu keji menyiksa dan sampai membunuh? Ternyata karena si anggotanya ini memasang tato yang persis sama dengan pimpinannya. Di posisi yang persis sama pula. Si pimpinan geng salah mengartikan kekaguman dan pujian, sebagai hal yang menyinggung. Sekali lagi, dia salah mengartikan! Gara-gara salah mengartikan, dia harus dipenjara dan seorang ibu harus kehilangan anaknya.
Kita tinggalkan geng itu sebentar. Mari kita jalan-jalan ke ruang seminar. Bisakah anda membayangkan ruang seminar yang megah? Lampu dimatikan, lagu dengan nada epic diputar dan seorang pembicara berlari naik ke panggung.
Tim saya biasanya selalu memutar video profile saya sebelum naik ke panggung. Lagu dari video itu epic dan keren. Gak lama kemudian, saya mendengar bahwa rekan saya sesama trainer juga ikut memakai lagu itu di video profile beliau. Tidak lama kemudian, ada lagi rekan trainer lain yang juga pakai lagu itu.
Keterlaluan, toh!! Harusnya saya ngamuk dan protes toh? Lagu yang jadi signature saya malah jadi signature dia juga. Padahal saya sudah separoh mati ngubek-ngubek website mencari lagu itu. Lagu yang rasanya gak pernah dipakai sama orang lain sama sekali.
Namun saya langsung bersyukur! Karena menurut saya, “Imitation is the greatest form of flattery”. Alias, “Dicontek adalah bentuk penghargaan tertinggi.” Dicontek atau ditiru itu kan sama dengan jadi role model. Bahkan banyak orang yang menamakan anaknya dengan nama para nabi. Agar anaknya semoga bisa bersikap seperti nabi.
Dicontek itu sungguh sebuah kehormatan besar. Dijadikan role model itu sungguh penghargaan tertinggi.
Maka kalau ada yang meniru gaya atau materi seminar saya, saya sungguh sangat senang dan bahagia. Kalau ada yang mencontek gaya broadcast BBM saya, syukurlah….. Saya senang sekali bisa menginspirasi orang tersebut.
Semua kejadian itu sebenarnya netral. Tidak ada kejadian baik dan buruk. Semua kejadian itu netral sampai kita memberinya arti.
Saya ingat saat penjaga kos saya tiba-tiba naik ke lantai 2 dan ngomong begini, “Waduh, kita bertiga pakai baju merah yah? Alamat ada gelas pecah nih!” Lha, salah arti lagi. Gimana kalau dia keluar pas malam Imlek? Hampir semua orang pakai baju merah. Bisa pecah gelas sedunia! Hehehhehe.
Salam Dahsyat!
Anda boleh menggunakan artikel ini di newsletter, website atau publikasi, dengan syarat tetap melampirkan kalimat lengkap di bawah dengan link aktif ke website:
Copyright, Hendrik Ronald. Digunakan dengan izin. Hendrik Ronald adalah Trainer dan Coach Service Excellence. Untuk mendapatkan pelatihan dan artikel lainnya, silakan kunjungi www.HendrikRonald.com